HUMANIORA SEBAGAI ILMU, TEKNOLOGI DAN NILAI
Kompiler: Mutadi
A.
PENGERTIAN
HUMANIORA
Menurut
bahasa latin, humaniora disebut artes liberales yaitu studi tentang
kemanusiaan. Sedangkan menurut pendidikan Yunani Kuno, humaniora disebut dengan
trivium, yaitu logika, retorika dan gramatika. Pada hakikatnya humaniora
adalah ilmu-ilmu yang bersentuhan dengan nilai-nilai kemanusiaan yang mencakup
etika, logika, estetika, pendidikan pancasila, pendidikan kewarganegaraan,
agama dan fenomenologi.Secara umum, humaniora dapat diartikan sebuah disiplin akademik yang mempelajari
kondisi manusia, menggunakan metode yang terutama analitik, kritikal, atau spekulatif,
sebagaimana dicirikan dari sebagian besar pendekatan empiris alami dan ilmu
sosial.
Humaniora
merupakan studi yang memusatkan perhatiannya pada kehidupan manusia, menekankan
unsur kreativitas, kebaharuan, orisinalitas, keunikan, humaniora berusaha
mencari makna dan nilai, sehingga bersifat normatif. Dalam bidang
humaniora rasionalitas tidak hanya dipahami sebagai pemikiran tentang suatu
objek atas dasar dalil-dalil saja, tetapi juga hal-hal yang bersifat
imajinatif, sebagai contoh: Leonardo da Vinci mampu menggambar sebuah lukisan
yang mirip dengan bentuk helikopter jauh sebelum ditemukannya helikopter.
B.
KEDUDUKAN
HUMANIORA SEBELUM DAN SAAT PENDIDIKAN MODERN
Humaniora
merupakan sebuah ilmu yang juga berubah-ubah seiring dengan perkembangan zaman.
Berikut ini akan dijelaskan mengenai kedudukan humaniora sebelum dan saat
pendidikan modern yang terjadi di Eropa dan Amerika menurut K. Bertens (2009 :
155-158).
1.
Sebelum
Pendidikan Modern
Di
universitas-universitas pertama di Eropa (sekitar abad ke-13), humaniora
memainkan peran sentral. Saat itu humaniora di mengerti sebagai artes liberalsatau the liberal arts yang di ajarkan dalam facultas Artium (the Faculty
of Arts). (K. Bertens, 2009 : 155). Maksudnya adalah di
universitas-universitas di Eropa pada masa itu menganggap bahwa humaniora
memiliki kontribusi yang tinggi dalam setiap disiplin-disiplin ilmu, terutama
di kota Paris. Semua mahasiswa harus menjalani pendidikan di Facultas Artium dulu sebelum diterima di
fakultas lain. Jadi dapat disimpulkan bahwa studi/ilmu humaniora menjadi tahap
awal seluruh pendidikan tinggi.Pada masa itu, studi humaniora mempunyai ruang
gerak yang luas dan dianggap sebagai studi penting yang harus dipelajari oleh
pelajar pada masa tersebut.
2.
Saat
Pendidikan Modern
Seiring dengan perkembangan ilmu
dan teknologi di zaman modern, jumlah fakultas di perguruan tinggi bertambah
besar, jumlah program studi juga makin bertambah, dan sekaligus peranan
humaniora semakin berkurang, sebab kini dengan humaniora dimengerti ilmu
sejarah, filsafat, ilmu bahasa serta sastra, dan ilmu-limu budaya lain yang
seharusnya dengan humaniora manusia bisa mengerti apa arti sebenarnya
pernyataan “memanusiakan manusia”. Ruang gerak untuk mereka menjadi semakin
sempit.
C. HUMANIORA DAN PENGEMBANGAN ILMU DAN TEKNOLOGI
Penguasaan dan pengembangan ilmu dan teknologi
adalah amanat kemanusiaan, oleh karena itu harus memberi manfaat bagi
kesejahteraan manusia. Humaniora membawa nilai-nilai budaya manusia.
Nilai-nilai tersebut adalah universal. Tanpa humaniora pengembangan ilmu dan
teknologi tidak lagi bermanfaat bagi manusia. Pengembangan/ perkembangan yang
banyak disusupi nilai-nilai bisnis menimbulkan hedonisme yang bermula di
masyarakat bisnis, yang berlanjut pada umunya.
Gambar
diatas merupakan contoh ilustrasi water birth. water birth merupakan
termasuk Humaniora sebagai Ilmu, Teknologi dan Nilai.
D.
KEDUDUKAN
HUMANIORA DALAM PENDIDIKAN DI INDONESIA
Seperti yang telah dijelaskan
pada pembahasan sebelumnya, humaniora merupakan ilmu-ilmu yang bersentuhan
dengan nilai-nilai kemanusiaan yang mencakup etika, logika, estetika,
pendidikan pancasila, pendidikan kewarganegaraan, agama dan fenomenologi.
Memasuki zaman modern dan pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi,
Indonesia berusaha mengikuti perkembangan tersebut. Dalam bidang pendidikan,
Indonesia saat ini sedang bergerak naik dengan berbagai usaha-usaha yang
dilakukan oleh pemerintah dalam memajukan mutu pendidikan bangsa. Hal ini
mendapatkan perhatian dari masyarakat dengan meningkatnya minat untuk
melanjutkan ke pendidikan yang lebih tinggi (perguruan tinggi) dengan berbagai
macam pilihan ilmu dan program studi yang ada. Namun, sayangnya, masyarakat
cenderung memiliki anggapan bahwa kesuksesan hanya berpihak pada seseorang yang
belajar atau mempelajari ilmu-ilmu eksak saja. Inilah mengapa humaniora
mendapat pandangan miring oleh masyarakat.
Berikut
ini akan dijelaskan mengapa ilmu-ilmu humaniora kurang mendapat perhatian oleh
masyarakat di Indonesia :
1. Gagap
teknologi (gaptek) dipandang lebih memalukan daripada gagap budaya (gaya) dan
gagap kemanusiaan (gamas). Seseorang yang tidak mengikuti perkembangan
teknologi yang paling mutakhir dianggap kuno dan ketinggalan zaman. Gagap
budaya (gaya) terlihat dalam kesulitan untuk menyesuaikan diri dengan alam
pemikiran atau gagasan yang berkembang dalam kehidupan modern. Gagap
kemanusiaan (gamas) terlihat pada sikap meremehkan dan tidak peduli dengan
nasib manusia lainnya. Gagap kemanusiaan yang sering terjadi misalnya ketika
banyak korban bencana yang sangat membutuhkan bantuan, seseorang tidak mau
membantu bahkan bersikap tidak mau tahu akan kejadian tersebut.
2. Rasa
minder atau rendah diri yang dialami oleh orang-orang yang berkecimpung dalam
ilmu humaniora menyebabkan lemahnya persaingan dalam perkembangan ilmu.
Berdasarkan sebab-sebab di atas,
kita dapat mengerti mengapa ilmu humaniora mendapat pandangan yang negatif
dibanding dengan ilmu eksak. Tersingkirnya humaniora di Indonesia juga disebabkan
oleh sumber daya manusia yang menggeluti bidang humaniora kurang serius dan
menjadikan bidang humaniora sebagai aktivitas sambilan yang tidak dihayati dan
direfleksikan secara total, rendahnya dukungan pemerintah terhadap
riset atau penelitian ilmu humaniora berupa alokasi dana yang tidak seimbang
dibanding dengan ilmu eksak, terlebih bidang teknologi, dll.
0 komentar:
Speak up your mind
Tell us what you're thinking... !