Headlines News :
Home » » MENDOBRAK KEBIASAAN TEKNIS MENULIS

MENDOBRAK KEBIASAAN TEKNIS MENULIS

Written By mutadi on Senin, 08 April 2013 | 04.58



Oleh: Mutadi*)

A. Mengapa Kita Menulis?
 
Mengapa kita menulis? Banyak alasan mengemuka ketika pertanyaan ini saya lontarkan dalam sebuah pelatihan penulisan buku ajar bagi guru PAI SD se Kabupaten Pati Jawa Tengah, 21 sampai dengan 22 Januari 2013 yang lalu. Sebagian besar peserta pelatihan menjawab “untuk mendapatkan angka kredit!“, “mendapatkan royalti!“, “menjadi terkenal“ dan sejenisnya. Namun, saya sempat terpana ketika saya membaca alasan yang pernah ditorehkan oleh Pramoedya Ananta Toer (dikutip di Harefa, 2010 : 70) bahwa “Kau, Nak, paling sedikit kau harus bisa berteriak. Tahu aku sayangi kau lebih dari siapa pun? Karena kau menulis, suaramu tak akan padam di telan angin, akan badai, sampai jauh, jauh dikemudian hari…. Orang boleh pandai setinggi langit, tapi selama ia tidak menulis, ia akan hilang di dalam masyarakat dan dari sejarah.”
Wow! Jika Anda tidak menulis nama Anda akan hilang dari sejarah peradaban manusia. Jangankan orang lain, mungkin keturunan Anda sendiri tidak akan mengenal Anda lagi. Mereka mungkin akan kenal Socrates, Plato, Aristoteles, atau Dale Carnigie dan Stephen Covey yang kesemuanya telah mencatatkan namanya dalam buku karena menulis. Jadi, agar nama Anda tidak hilang dari sejarah, maka menulislah!

B. Fenomena Menulis dan Kesehatan
 
Alasan lain mengapa kita perlu menulis adalah terapi untuk penyembuhan jiwa. Tahukah Anda? Ketika Anda berani untuk mulai menulis, Anda akan mendapatkan sensasi baru dalam dada. Apalagi jika Anda terus membiasakan diri untuk menulis dan menulis. Maka sudah hampir bisa dipastikan sensasi itu tidak pernah ingin Anda lepaskan lagi.
Dengan tulisan, Anda seolah-olah berteriak, mengeluarkan apa yang kita rasakan, mengungkapkan kesedihan, meruntuhkan beban yang kita miliki atau menjelaskan sesuatu yang bahkan orang lain tidak pernah memikirkannya. Lantas apa hubungannya antara terapi penyembuhan jiwa dengan aktivitas menulis? Kenapa menulis dapat menjadi terapi yang menyembuhkan? Sebuah riset pernah dilakukan terhadap dua kelompok orang yang mengalami masalah kejiwaan. Pada Kelompok eksperimen selama 1 (satu) bulan diberi perlakuan untuk menulis apa saja yang mereka pikirkan. Sementara, terhadap kelompok kontrol tidak dilakukan perlakuan yang sama. Hasilnya menunjukkan bahwa kelompok eksperimen lebih cepat sembuh dari pada kelompok kontrol. Salah satu cara untuk sehat jiwa dan raga adalah dengan terus menerus merasa bahagia, dan menulis merupakan salah satu cara merawat bahagia yang Anda miliki (Mastuti, 2011 : 108).
James W. Pennebaker adalah salah seorang pelopor studi mengenai keterkaitan antara kegiatan menulis dan kondisi kesehatan manusia. Psikolog yang mengajar di Southern Methodist University USA ini, sering menganjurkan pasiennya untuk menuliskan permasalahan yang bersifat pribadi. Misalnya, seputar kejadian di masa kecil, hubungan dengan orang tua, hubungan dengan orang-orang yang pernah dicintai atau yang sekarang dicintai, atau kariernya.
Pennebaker sering menyarankan agar sedikitnya dalam empat hari berturut-turut pasiennya menuliskan emosi-emosi dan pikiran-pikiran terdalam yang muncul. Emosi-emosi dan pemikiran yang berkaitan erat dengan peristiwa-peristiwa yang mempengaruhi hidupnya sampai saat ini. Pennebaker meminta pasiennya untuk mengungkapkan dan menggali setiap kejadian penting dan bagaimana hal itu mempengaruhinya.
Saran Pennebeker banyak dipraktekan untuk orang-orang yang menderita penyakit stress, juga untuk mereka yang mengalami trauma serta berbagai penyakit yang psikomatik. Terbukti ada kesan bahwa proses menulis itu dapat membantu penyembuhan berbagai penyakit yang bersifat emosi dan kejiwaan (Harefa, 2010 : 231 – 232).
 
C. Lupakan Teori dan Terus Menulis
 
Banyak orang menganggap bahwa menulis itu sulit. Sulit memulai adalah masalah yang paling banyak dikeluhkan para penulis. Hal ini tidak terbatas pada penulis pemula, tapi juga penulis kawakan. Bahkan jika dikalkulasikan dari semua masalah penulisan, masalah ini memiliki persentase tertinggi sebagai masalah yang paling populer. Kebanyakan dari mereka bingung bagaimana memulainya, bagaimana cara mencari temanya, sesuai dengan EYD atau tidak, dan segudang hambatan lain yang semakin memperkuat anggapan bahwa menulis itu benar-benar sulit. Dan ketika menulis dianggap sulit, lalu kita sering membuat pernyataan: I don‘t like to write!  dan  I don‘t like to begin to write!  Dan sejenisnya yang mampu membunuh keinginan kita untuk menulis (Mastuti, 2011 : 108).
Salah satu trik dan mendobrak kebiasaan tentang teknik menulis. Jika para penulis biasanya menyesuaikan dengan teori yang ada, maka Mastuti (Mastuti, 2011 : 15 - 22) menganjurkan untuk melupakan teori-teori penulisan tersebut, karena menulis itu merupakan seni yang akan muncul dan mengalir jika kita memahami apa yang akan kita tulis. Tidak usah terlalu memikirkan titik koma, tata bahasa, ejaan, panjang kalimat atau struktur kalimat. Tulis saja sealami mungkin. Ini akan sangat membantu meringankan beban persepsi tentang beratnya menulis. Mengalirlah saja, jangan berfikir tulisan  Anda baik atau jelek, layak atau tidak layak. Biarkan ide Anda tumpah dan mengalir seindah mungkin. Masalah ejaan, tata bahasa, serta struktur kalimat bisa anda benahi ketika melakukan revisi. Jangan takut, teruslah menulis! Jika semua hambatan-hambatan dalam diri itu telah terhapus, termasuk rasa takut menulis, maka menulis akan menjadi “candu” yang mengalir alami. Selanjutnya, Anda tinggal melatih menulis untuk orang lain atau menulis untuk dibaca orang lain.
Pasti tahu dong, Andrea Hirata. Penulis buku Laskar Pelangi dan Sang Pemimpi ini telah menjadi fenomena dalam industri perbukuan. Andrea sama sekali tidak pernah menduga kalau dia akan terkenal karena menulis buku. Tujuan awal ia menulis buku adalah sekedar mencurahkan isi hatinya tentang perjuangan gurunya semasa dia bersekolah di SD Muhammadiyah, Belitung Timur, Bangka Belitung.
Resep cespleng Andrea adalah dengan mengeluarkan semua yang ada dalam pikiran, mencurahkan segala yang ada dalam hati dengan menulis. Bahkan, di awal kariernya, dia tak mau tahu apa tulisannya itu bagus atau jelek, apakah tulisannya itu sesuai komposisi, yang penting baginya adalah terus menulis.
Jadi, menulis dengan hati dan mengikuti kata hati adalah salah satu cara untuk membuat kualitas tulisan kita semakin bagus.Tulisan yang mengikuti kata hati mengalir dari jiwa, mengalir di sekujur tubuh, dan menggerakkan kita untuk menyelesaikan tulisan. Kata-kata yang kemudian dihasilkan adalah kata-kata yang menggugah bagi pembacanya.
 
D. Jadilah Rakus Membaca
 
Hernowo (2007) menegaskan bahwa tanpa menjadi orang yang “rakus” membaca, mustahil seorang penulis dapat kaya raya dengan kata. Hanya dengan memiliki kekayaan katalah, tulisannya dapat mengalir, indah, dan menggugah. Membaca menambah kekayaan kosa kata dalam menulis. Membaca, menurut Hernowo, membantu penulis menemukan gaya penulisan. Juga, membantu menyelesaikan masalah dan menjadikan kita semakin cerdas. Seperti selalu diungkapkan Hernowo dalam setiap buku-bukunya, menulis merupakan proses pengikatan makna dari aktivitas membaca. Sebaliknya, membaca membantu memberikan bahan-bahan untuk diolah dalam penulisan. Semakin beragam bacaan maka akan semakin beragam pula materi tulisan yang dimiliki. Proses adaptasi membaca ke gaya menulis ini berjalan tanpa disadari. Menyusup begitu saja dengan alami dan naluriah. Penulis yang terus berlatih lama kelamaan akan terbiasa dengan proses ini.
Lebih jauh Djuraid (2006 : 3) menambahkan bahwa tahap awal menulis adalah banyak membaca: buku, surat kabar, majalah, jurnal, dan karya tulis yang lain. Banyak keuntungan yang diperoleh melalui membaca, selain pengetahuan yang luas, akan muncul untuk menulis. Seorang penulis akan memiliki banyak bekal untuk bahan tulisan yang bahan tulisan yang akan meningkatkan kualitas tulisannya. Selain itu, dalam membaca seorang penulis mendapat pengalaman baru bagaimana cara menulis yang baik dengan melihat kemampuan penulis lain.
 
E. "Mind Mapping“ Membantu Anda
 
Masalah lain yang muncul sebagai penulis pemula adalah kebingungan mengurai isi pikiran yang berkelebatan, mengelola ide yang berkeliaran. Bahkan kadang terjadi, merasa kehilangan atau lupa ide dahsyat yang dulu  pernah menyelinap di otak atau benak Anda. Oleh karena itu, setiap ide yang berkelebat hendaknya Anda ikat erat-erat dan ditata secara logis. Djuraid (2006 : 1) mengingatkan bahwa ketika di benak kita ada sebuah gagasan saat itulah harus diikat atau ditulis. Salah satu alat yang bisa digunakan untuk mengikat dan menata ide Anda itu adalah mind map yang ditemukan oleh Tony Buzan. Mind mapping bukanlah sebuah teori menulis. Mind mapping adalah sekedar alat (tool) yang membantu penulis mengikat ide.
 Sejarah penemuan mind map (peta pikiran) ini bermula dari Tony Buzan yang masa kecilnya senang dengan aktivitas mencatat dan menulis. Namun, ketika menginjak dewasa pikirannya mengalami kekacauan dan benci dengan apa pun yang berhubungan dengan belajar, terutama mencatat pelajaran. Ia mulai mengamati munculnya paradoks luar biasa, yaitu semakin banyak ia mencatat semakin buruk pelajaran dan ingatannya. Ia berupaya untuk mengatasi masalah itu. Tony mulai menggarisbawahi kata-kata dan gagasan penting dengan pena merah serta memberi kotak untuk hal-hal penting. Hasilnya, ingatannya mulai membaik.
Pada tahun pertama masuk perguruan tinggi, Tony masih berjuang keras. Kemudian, ia mulai terpesona dengan sistem ingatan yang dikembangkan oleh orang-orang Yunani, dimana sistem tersebut memungkinkan mereka untuk mengingat kembali ratusan dan ribuan fakta dengan sempurna. Sistem ingatan dari Yunani tersebut berdasarkan imajinasi dan asosiasi.
Tonypun mulai memperhatikan bahwa setiap orang di sekitarnya membuat catatan mirip dengan yang dulu ia buat. Catatan itu ruwet, hanya dalam satu warna, dan monoton. Tidak ada satupun orang yang memakai prinsip imajinasi dan asosiasi (mungkin termasuk kita saat ini – penulis). Tony mengilustrasikan dirinya dan orang-orang itu seperti berada dalam sebuah kapal yang karam. Tony menyadari bahwa di kepala dan “otak global“ kolektifnya ada sumbatan besar yang membutuhkan alat untuk meruntuhkannya. Ia mulai mencari alat berfikir yang memberi kebebasan orang untuk berfikir dan mencatat bagi setiap orang.
Tony segera menemukan bahwa sebagian pemikir besar, seperti Leonardo da Vinci, menggunakan gambar, kode, dan garis penghubung dalam catatannya. Para pemikir besar membuat coret-coretan, sehingga catatan mereka menjadi tampak hidup. Inilah yang menginspirasi Tony Buzan untuk melahirkan buah pikiranya yang revolusioner dalam berfikir dan mencat – mind map. Berikut ini contoh peta pikiran:
 
 
 
Mendengar penemuan baru yang efeknya begitu menakjubkan maka British Broadcasting Corporation (BBC)  meminta Tony Buzan untuk muncul di acara televisi berdurasi setengah jam guna membicarakan mind  map temuannya itu. Sejak itu, waktu Tony Buzan banyak tersita untuk memberikan ceramah dan mengajar mengenai teori dan aplikasi mind map. Karena dirinya telah mengalami sulitnya masa-masa menjadi pelajar, ia bertekat agar setiap orang bisa mendapat manfaat dari alat berfikir atau mencatat ide yang amat luar biasa itu. Mind map telah membantu Tony Buzan mengubah hidupnya menjadi lebih baik, menyenangkan, dan dramatis. Bukan tidak mungkin, mind map ini akan mengubah kehidupan banyak orang termasuk Anda secara dramatis pula dalam hal mengikat ide dan megingatnya (Warseno dan Komorojati, 2011 : 76 – 91)
Dengan menerapkan metode mind map, ada banyak keuntungan yang bisa kita peroleh. Efeknyapun sangat positif bagi kita. Beberapa keuntungan yang bisa kita peroleh dari penggunaan mind map, antara lain:
  1. dapat melihat gambaran secara menyeluruh dengan jelas,
  2. dapat melihat detailnya tanpa kehilangan benang merah antartopik,
  3. terdapat pengelompokkan informasi,
  4. lebih baik dalam mengingat,
  5. menarik perhatian mata dan tidak membosankan,
  6. memudahkan kita berkosentrasi,
  7. mendapatkan ide brilian,
  8. proses pembuatannya menyenangkan karena melibatkan gambar dan warna,
  9. mudah menginatnya karena ada penanda-penanda visualnya, serta
  10. menghemat dan memanfaatkan waktu dengan sebaik-baiknya
Dalam membuat mind map, kita harus terlebih dahulu mengetahui langkah-langkahnya. Berikut ini adalah sejumlah langkah cara membuat mind map secara singkat dan sederhana.
  1. Siapkan kertas kosong polos atau tidak bergaris. Jika bentuknya persegi panjang, maka kertas diposisikan landscape  atau posisi tidur. Mulailah pusat mind map dari tengah kertas kosong. Pusat mind map sebaiknya diberi judul atau ide utama.
  2. Gunakan gambar atau simbol untuk ide utama. Kita ketahui bahwa bahasa otak adalah bahasa gambar yang mudah diingat dan tahan lama. Sehingga, gambar dan simbol tersebut bisa melengkapi maupun menggantikan kata kunci.
  3. Gunakan berbagai warna. Selain gambar, otak kita juga menyukai sesuatu yang berwarna-warni. Hal ini akan memperkuat memori daya ingat otak kita. Sebaiknya menggunakan pensil warna minimal tiga macam.
  4. Cabang utama harus memancar langsung dari mind map.
  5. Bentuknya organik dari tebal ke tipis dan meliuk atau bergelombang, bukan sekedar melengkung atau lurus
  6. Dari cabang-cabang utama dibuat ke cabang-cabang selanjutnya.
  7. Gunakan satu kata kunci untuk setiap garis yang meliuk itu.
Melihat kehebatan mind mapping ini, Joyce Wicoff (dikutip dalam presentasi Hernowo Lomba Penulisan Buku Ajar yang Mencerdaskan 2007 Depag RI) mengatakan bahwa mind map -- ditemukan oleh Tony Buzan dan kemudian dikembangkan bersama Michael J. Gelb -- adalah pengganti metode “outlining” merupakan alat pembuka pikiran yang ajaib. Oleh karenanya, sebagai penulis pemula layak memiliki alat ini untuk melahirkan kemampuan menulis yang mempesona
 
F.  Ketahuilah Menulis Bukanlah Bakat
 
Sebagai penutup esai ini, saya mencoba mengangkat pendapat Howard Gardner (dikutip di Mastuti, 2011 : 108) yang mengatakan bahwa menulis bukanlah persoalan bakat, sebab semua orang memiliki kecerdasan berbahasa yang memungkinkan bisa jadi penulis.  Menulis tak ubahnya dengan belajar berjalan atau naik sepeda. Kita melakukannya terus menerus dan akhirnya menjadi mudah.
Sejalan dengan hal tersebut Mastuti (2011 : 11) menegaskan bahwa menulis bukan bakat, semua bisa. Apalagi ketika manusia dilahirkan sudah dibekali dengan setriliun sel neutron yang terdiri dari seratus miliar sel aktif dan sembilan ratus miliar sel pendukung di dalam otak. Jika satu sel digunakan maka bisa terkoneksi dengan 20.000 sel yang lain. Kesimpulannya bahwa manusia itu dilahirkan dalam keadaan cerdas. Dibanding dengan binatang, mereka rata-rata hanya dibekali dengan 10 juta sel otak.  Untuk tikus hanya dibekali 5 juta sel otak, lalat hanya 100 ribu sel otak dan lebah 7 ribu sel otak saja.
Oleh karenanya, kecerdasan milik semua manusia. Pilihannya tinggal ada di tangan Anda semua, mau digunakan atau tidak. Begitu juga menulis. Menulis sekali lagi bukanlah merupakan bakat atau turunan. Setiap orang mempunyai peluang yang sama untuk menjadi “cerdas“ menulis. Pilihanya ada di tangan Anda sendiri, mau digunakan atau tidak. Wow... luar biasa bukan? Selamat berselancar di dunia yang bernama menulis!

Daftar Pustaka
Djuraid, H. N. 2009. Panduan Menulis Berita: Edisi Revisi. UMM Press. Malang
Harefa, A. 2010. Happy Writing. PT Gramedia Pustaka Utama. Jakarta
Hernowo.2007. Menilai Context Buku Pelajaran: Menemukan “Sisi Manusiawi“ yang Hilang. File Presentasi PowerPoint Lomba Buku Pelajaran yang Mencerdaskan. Depag RI. Jakarta
Mastuti, I.  2011, Ternyata Menulis itu Gampang. Samudra. Sukoharjo
Warseno, A. dan Komorojati, R. 2011. Super Learning: Praktek Belajar-Mengajar yang Serba Efektif dan Mencerdaskan. DIVA Press. Jogjakarta

*) Widyaiswara BDK Semarang
           
Share this article :

3 komentar:

Silahkan komentar dibawah ini

WELCOME

Popular Posts

SpongeBob SquarePants

Visitor

 
Support : Creating Website | Johny Template | Mas Template
Proudly powered by Blogger
Copyright © 2011. DUNIA PEMBELAJARAN - All Rights Reserved
Template Design by Creating Website Published by Mas Template